JAKARTA, KOMPAS.com – Akhir-akhir ini, permasalahan kerap terjadi di jalan bebas hambatan berbayar atau biasa disebut jalan tol. Tak melulu soal proses pengadaan lahan dan pembangunan, jalan tol juga sering mengalami kerusakan pasca operasional. Hal ini tentunya menghambat mobilitas masyarakat dalam bepergian serta menyebabkan antrean panjang di jalan tol. Sebut saja, Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) yang mengalami ambles sepanjang 40 meter di Km 122+400 arah Jakarta, berada di wilayah Kabupaten Subang, Senin (8/2/2021).

Menurut Direktur Operasi Astra Tol Cipali Agung Prasetyo, intensitas dan curah hujan tinggi membuat banyak volume air masuk ke dalam lapisan dasar atau base layer jalan tol melalui retakan. Baca juga: Ini Tiga Tahapan Penanganan Amblesnya Jalan Tol Cipali Kondisi tersebut diperparah dengan banyaknya kendaraan dengan beban berat yang melintas untuk menghindari banjir di jalur pantai utara (Pantura) Jawa. Hal ini menyebabkan keretakan bertambah pada pukul 22.00 WIB dan memburuk sehingga terjadi amblesan lebih besar.

Hingga akhirnya, Astra Tol Cipali melalui PT Lintas Marga Sedaya selaku pengelola terpaksa melakukan rekayasa lalu lintas ( contraflow) sepanjang 9 kilometer dari arah Jakarta di ruas tol tersebut, Selasa (9/2/2021). Tak hanya Tol Cipali, longsor juga terjadi di Tol Surabaya-Gempol, tepatnya di Km 06+200 arah Gempol. Longsor itu merupakan akibat dari penurunan tanah pada bahu luar dan lajur lambat (L1) di Km 6+200 jalur A (segmen Dupak-Waru) Tol Surabaya-Gempol yang dipicu intensitas curah hujan tinggi.

PT Jasa Marga (Persero) Tbk selaku pengelola menargetkan, penanganan longsor di Tol Surabaya-Gempol tuntas pada akhir Februari Tahun 2021. Lantas, apakah amblesnya jalan tol semata-mata terjadi hanya karena faktor alam? Guru Besar Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan Paulus Pramono Rahardjo membenarkan hal tersebut. “Kerusakan jalan tol lebih karena kondisi alam yang ekstrem (tidak direncanakan) dari awal,” tutur Paulus kepada Kompas.com, Selasa (16/2/2021). Sebab, imbuh Paulus, kajian teknis dan ekonomis pasti akan selalu dilakukan dalam engineering (teknik). Soal amblesnya Tol Cipali di Km 122+400 terjadi karena berada di atas tanah ekspansif. Sehingga, ketika hujan deras dengan intensitas tinggi menyebabkan terjadinya perubahan pada tanah hingga menajdi lunak dan licin.

Sebagaimana diketahui, Tol Cipali telah beroperasi selama hampir enam tahun sejak diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 13 Juni 2015 silam. Dalam rentang waktu tersebut, kata Paulus, tentunya perencanaan sudah dilakukan dengan baik. Lebih dari waktu tersebut, memang jalan tol bisa mengalami masalah berupa degradasi tanah. “Sesudah lima tahun, maka dapat saja terjadi degradasi tanah. Tapi hal itu sudah diperhitungkan,” tuntas Paulus.

 

Sumber : Kompas